Minggu, 20 November 2011

Update Harga Domba Untuk Wilayah Ponorogo

Sempat Turun harganya, dikarenakan banyak yang dapet untuk proyek propinsi harga domba dan kambing menggila.
Info Harga Baru:

_@. Tidak memandang itu ekor tebal atau lokal semua kami jual dengan harga Rp28000

# harga kemungkinan menjadi stabil kembali pasca proyek propinsi ( 1 - 2 Bulan kedepan )

Syukron Wassalam.


Jumat, 11 November 2011

Informasi Harga Domba Potong

Bismillahirrahmanirrahim
Informasi harga setelah hari raya idul adha 2011 harga menjadi turun drastis.
Untuk domba: dari  Rp 35000/Kg sekarang menjadi Rp 26000/ Kg untuk domba lokal ( ekor tipis )
Untuk domba Ekor Tebal ( DEG ): Rp 28000/Kg
Harga yang kami sediakan sudah termasuk Injeksi satu kali dosis. ( B Kompleks, Albenol ( obat cacing )
Dengan Ridho Allah SWT domba yang dibeli dari peternakan kami siap digemukan dengan berbagai Pakan Baik Probiotik atau lainnya.


Selasa, 08 November 2011

DESKRIPSI USAHA PENGGEMUKAN DOMBA WILANGAN DARUSSALAM FARM



Kegiatan utama usaha ini adalah penggemukan domba. Domba dibeli dan digemukkan kemudian dijual. Domba yang dibeli untuk digemukkan adalah domba dengan kisaran bobot antara 13-15 kg/ekor. Masa penggemukan domba berlangsung selama 2 bulan (60 hari) dengan kenaikan bobot domba antara 4 – 5 kg/bulan, dan pada saat penjualan bobot domba berkisar antara 21 – 25 kg/ekor. Masa penggemukan domba dalam usaha ini relatif singkat karena bobot domba yang diinginkan oleh calon pembeli yang sudah ada saat ini adalah kisaran antara 20 – 25 kg, apabila masa penggemukan lebih dari 2 bulan maka bobot domba akan lebih dari 25 kg. Keuntungan dalam usaha ini berasal dari kenaikan bobot/berat badan domba selama masa penggemukan.
Lokasi usaha penggemukan domba ini berada di belakang rumah no 47 Rt: 2/Rw: 2 Dusun Putuk Rejo, Desa Wilangan, Kec. Sambit, Kab. Ponorogo, Jawa Timur. Luas lahan usaha ini adalah 1,4 ha (14.280 m2) yang terbagi menjadi 2 lahan, yaitu lahan untuk kandang domba dan lahan yang ditanami rumput gajah untuk pakan domba. Luas lahan untuk kandang domba adalah 700 m2 dengan kapasitas 600 ekor, sedangkan luas lahan yang  ditanami rumput gajah untuk pakan domba adalah 13.580 m2.
Untuk tujuan penggemukan domba ini, kami menggunakan probiotik yang dicampurkan ke dalam pakan domba untuk menambah nafsu makan domba tanpa menimbulkan efek samping yang negatif. Bertambahnya nafsu makan domba terjadi karena probiotik yang kami gunakan merupakan mikroorganisme yang membantu mempercepat proses pencernaan dan penyerapan nutrisi dalam perut domba sehingga proses konversi makanan menjadi daging juga berlangsung lebih cepat. Cepatnya proses konversi makanan menjadi daging inilah yang  menyebabkan meningkatnya nafsu makan domba, karena setelah makanan dalam perut domba dikonversi menjadi daging maka domba tersebut akan merasa lapar dan kemudian makan lagi sehingga jumlah pakan yang dimakan domba lebih banyak dari jumlah normal. Dan karena jumlah pakan yang dimakan lebih banyak dari jumlah normal, maka makanan yang dikonversi menjadi daging juga menjadi lebih banyak, sehingga pertambahan bobot/berat badan domba berlangsung lebih cepat.
Pakan utama domba dalam usaha penggemukan ini adalah rumput gajah sedangkan pakan tambahannya adalah ampas tahu. Untuk menjamin ketersediaan rumput gajah setiap saat, maka kami mengatur siklus pemotongan rumput gajah dari lahan seluas 13.580 m2 tersebut dengan membaginya menjadi 40 bagian dengan luas tiap 1 bagian 339,5 m2, sehingga tiap hari tersedia rumput gajah dari 1 bagian lahan seluas 339,5 m2. Saat ini, tiap 1 m2 dari 1 bagian lahan seluas 339,5 m2 telah menghasilkan rumput gajah sebanyak  8 kg/hari, dengan demikian saat ini telah tersedia 2.716 kg (339,5 x 8) rumput gajah/hari.
Untuk menjaga kesuburan rumput gajah kami menggunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran domba. Pada musim kemarau, pengairan untuk rumput gajah dilakukan dengan memompa air dari sumur tanah sehingga musim kemarau tidak mempengaruhi produksi rumput gajah sehingga ketersediaan rumput gajah tetap terjamin. Sedangkan ketersediaan pakan tambahan berupa ampas tahu sudah terjamin karena di samping kiri dan kanan lokasi usaha ini terdapat pabrik tahu yang sanggup untuk menyediakan ampas tahu setiap hari.
Sebelum menyampaikan proposal kerjasama ini, kami telah mengadakan penelitian selama 2 bulan terhadap 15 ekor domba yang dibagi menjadi 2 kelompok; kelompok yang diberi pakan rumput gajah dan ampas tahu tanpa campuran probiotik dan kelompok yang diberi rumput gajah dan ampas tahu dengan campuran probiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenaikan bobot domba dengan sumber pakan yang ketersediaannya sudah terjamin, adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Domba yang diberi pakan rumput gajah dan ampas tahu tanpa campuran probiotik
Domba yang diberi pakan rumput gajah dan ampas tahu dengan campuran probiotik
Nafsu makan biasa saja, terbukti dari adanya sisa makanan yang tidak dimakan
Nafsu makan sangat besar, terbukti dari habisnya semua pakan yang diberikan tanpa sisa
Bagian batang rumput gajah yang keras tidak dimakan
Bagian batang rumput gajah yang keras habis dimakan
Jumlah rumput gajah yang dikonsumsi                 1,5 -2 kg/hari/ekor
Jumlah rumput gajah yang dikonsumsi
3 - 4 kg/hari/ekor
Kenaikan bobot berkisar antara                  2 kg – 3 kg/bulan
Kenaikan bobot berkisar antara
4kg – 5kg/bulan

Teladan dari Gembala


Abdullah bin Dinar meriwayatkan bahwa suatu hari dia berjalan bersama Amirul Mukminin Umar bin Khattab dari Madinah menuju Makkah. Di tengah perjalanan beliau bertemu dengan anak gembala. Lalu timbul dalam hati Khalifah Umar untuk menguji sejauh mana kejujuran dan keamanahan si anak gembala itu. Maka, terjadilah dialog berikut ini. ''Wahai anak gembala, juallah kepadaku seekor anak kambing dari ternakmu itu!'' ujar Amirul Mukminin. ''Aku hanya seorang budak,'' jawab si gembala. Umar bin Khattab berkata lagi, ''Katakan saja nanti pada tuanmu, anak kambing itu dimakan serigala.''

Anak gembala tersebut diam sejenak, ditatapnya wajah Amirul Mukminin, lalu keluar dari bibirnya perkataan yang menggetarkan hati Khalifah Umar, ''Fa ainallah?'' (Kurang lebih maknanya adalah, ''Jika Tuan menyuruh saya berbohong, lalu di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa siksa Allah itu pasti bagi para pendusta?''

Umar bin Khattab adalah seorang khalifah, pemimpin umat yang sangat berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah gentar menghadapi musuh. Akan tetapi, menghadapi anak gembala itu beliau gemetar, rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, persendian-persendian tulangnya terasa lemah, kemudian beliau menangis. Menangis mendengar kalimat tauhid itu, yang mengingatkan pada keagungan Allah, dan tanggung jawabnya di hadapan-Nya kelak.

Lalu dibawanya anak gembala yang berstatus budak itu kepada tuannya, kemudian ditebusnya, dan beliau berkata, ''Dengan kalimat tersebut (Fa ainallah?) telah kumerdekakan kamu dari perbudakan itu dan dengan kalimat itu pula insya Allah kamu akan merdeka di akhirat kelak.'' Peristiwa di atas jelas merupakan cermin jiwa yang ihsan, serta gambaran iman yang melahirkan sifat jujur dan amanah.

Alangkah indahnya negeri ini bila penduduknya memiliki iman dan ihsan seperti anak gembala itu. Apalagi jika iman dan ihsan itu ada pada orang-orang yang dominan memegang peranan penting di negeri ini. Kita akan menikmati kesungguhan presiden dengan jajaran para menteri kabinet dan seluruh aparat pemerintahannya untuk memajukan bangsa dan memakmurkan rakyatnya, bebas dari rasa takut, bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Bila iman dan ihsan menyebar di negeri ini, maka kita akan mendapati politisi yang jujur, jauh dari praktik rekayasa negatif untuk menjatuhkan lawan politiknya, polisi yang mengayomi masyarakat, karyawan dan para buruh yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab. Insya Allah, peraturan akan dipatuhi, negara akan aman, kemakmuran akan dinikmati, hati penduduk negeri menjadi damai.

Demikian memang jaminan dari Allah SWT di dalam Alquran, ''Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka.'' (Al A'raf: 96). Wallahu a'lam.


Jenis-jenis Domba (Biri-biri )


(Domba Garut, Batur, Texel/Dombos, Kibas, Gembel, dsb)
Dengan semakin banyaknya (kuantitas) dan semakin mampunya (kualitas) peternak melakukan penyilangan sendiri, maka saat ini sebenarnya semakin sulit menentukan jenis domba. Namun demikian disini akan diuraikan secara singkat jenis-jenis domba yang ada di Indonesia (beredar di pasaran), kemudian barulah jenis domba yang ada di luar negeri.

1. Domba Garut (Domba Priangan)
Menurut para pakar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin Natasasmita, bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba lokal (asli Indonesia), Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor Gemuk atau Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba Merino dari Asia Kecil. Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut.
Sekitar 70 tahun kemudian yaitu tahun 1926 Domba Garut telah menunjukan suatu keseragaman, misalnya bentuk tanduk yang besar melingkar diturunkan dari Domba Merino.

Pada awalnya domba priangan atau domba garut ini berkembang di Priangan (Jawa Barat), terutama di daerah Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis, dan Tasikmalaya. Namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Domba ini dipelihara selain sebagai domba potong atau domba pedaging, juga dipelihara sebagai domba aduan.

    Ciri-ciri domba garut :
  • Bertubuh besar dan lebar, lehernya kuat, dahi konveks.
  • Domba priangan jantan memiliki tanduk besar dan kuat, melengkung ke belakang berbentuk spiral, dan pangkal tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk, panjang telinga sedang, dan terletak di belakang tanduk.
  • Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
  • Kadang-kadang dijumpai adanya domba tanpa daun telinga.
  • Keunggulan domba priangan ini adalah kulitnya merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia, selain itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang besar, kuat, domba ini sesuai untuk domba aduan. Keunggulan lainnya adalah penghasil daging yang sangat baik dan mudah dipelihara.
2. Domba Texel Wonosobo (Dombos)
Domba Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba Texel Wonosobo. Pada bulan Juli 2009, peternak di Lampung Timur mendatangkan 75 ekor betina dan 1 pejantan domba Texel yang didatangkan dari daerah Dieng Wonosobo, dan ternyata dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik di daerah Lampung Timur yang bersuhu panas.

Pada tahun 1954/1955 Pemerintah mendatangkan 500 ekor Domba Texel dari Belanda dan dialokasikan ke beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah (Baturaden Banyumas dan Tawangmangu Solo) dan Jawa Timur, tetapi daerah tersebut tidak mampu mengembangkannya. Akhirnya tahun 1957, dipindahkan ke Daerah Wonosobo. Ternyata penduduk Wonosobo mampu mengembangkan Domba Texel tersebut, akhir tahun 2006 populasi mencapai 8.753 ekor.

Domba Texel mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain yaitu : Mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil.

Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %. Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265 – 285 gram/hari. Masyarakat Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah telah banyak merintis usaha penggemukan intensif terhadap Domba Persilangan Texel dengan Domba Lokal, yang menghasilkan keuntungan memadai. Di samping itu Domba Texel dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1000 gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai nilai tambah. Di pedesaan Wonosobo yang potensial Domba texel telah dirintis industri rumah tangga yang mengolah bulu wool Domba Texel.

Domba Texel tergolong ternak yang cepat berkembang biak, dapat beranak pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan bulan. Anak pertama cenderung tunggal dan anak berikutnya kadang-kadang kembar dua. Domba Texel mempunyai karakter genetik yang cenderung dominan. Di Kabupaten Wonosobo, Domba Texel telah banyak memberi kontribusi genetik terhadap domba-domba lokal melalui proses kawin silang, menghasilkan domba domba persilangan yang potensial sebagai penghasil daging.

Kendala pengembangan Domba Texel justru karena tingginya permintaan dari luar daerah yang disinyalir untuk di ekspor ke Malaysia. Hal ini sebenarnya meningkatkan pamor dan nilai harga Domba Texel itu sendiri, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak dan pedangan Domba Texel. Namun di sisi lain, bila pengeluaran ke luar daerah tak dikendalikan, bisa mengancam terjadinya pengurasan ternak. Kendala lain, perkembang biakan Domba Dexel masih tergantung pada kawin alam, berhubung belum terdapatnya Produsen Frozen semen Domba Texel.

Pemerintah telah berupaya melestarikan Domba Texel melalui Program Village Breeding Centre (VBC) Domba Texel yang meliputi kegiatan pendataan, droping Domba Texel Gaduhan Pemerintah, sosialisasi dan promosi pelestarian maupun teknik budidaya serta pelatihan pengolahan bulu, kulit dan daging Domba Texel.
3. Domba Batur Banjarnegara (Domas)
Domba Batur (atau Domas) sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari domba lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel. Pada 1984, kelompok tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba lokal. Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan keturunan yang oleh warga dinamai domba Batur atau Domas.

Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah Jawa dan Sumatera.

Domba batur jantan maupun betina adalah tipe domba potong yang merupakan penghasil daging yang baik.

    Ciri-ciri Domba Batur :
  • Tubuhnya besar dan panjang.
  • Kaki cenderung pendek dan kuat.
  • Domba jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk.
  • Kulitnya relatif lebih tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel, namun bulunya tebal.
  • Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba.
  • Keunggulan utama domba Batur ini adalah berat badannya. Untuk domba jantan dewasa berkisar antara 90-140 kg dan domba betina 60-80 kg, serta tinggi badan domba jantan dapat mencapai 75 cm dan tinggi domba betina 60 cm.

Domba Batur ini memang istimewa montok/gemuk, pada umur dua tahun domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100 kg dan betina 80 kg. Bahkan, domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot 140 kg. Domba dengan bobot seperti ini biasanya dijadikan pejantan.

Proporsi dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang) juga tinggi. Dagingnya lebih empuk dan lemaknya lebih tinggi. Untuk sate lebih bagus.

Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan saat si betina mencapai bobot 50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor betina. Betina bunting selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya 1,5 ekor per kelahiran.
4. Domba Ekor Tipis (Domba Gembel)
Domba ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut Domba Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut Javanesse Thin-Tailed sheep.

Pada awalnya domba ini berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.

    Ciri-ciri domba ekor tipis :
  • Termasuk golongan domba berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg.
  • Bulu wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lain.
  • Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak.
  • Telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung.
  • Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk.
  • Keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada daerah tropis dan makanan yang buruk.
5. Domba Ekor Gemuk (Domba Kibas)
Domba Ekor Gemuk dikenal juga dengan nama Domba Kibas (di Jawa), juga dikenal sebagai domba Donggala (di Sulawesi Selatan). Domba ini berasal dari Asia Barat atau India yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779 pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari Persia.

Pada awalnya domba Ekor Gemuk berkembang di Jawa Timur, Madura, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (terutama di Lombok). Namun saat ini sudah berkembang di seluruh Indonesia.
Domba ini beradaptasi dan tumbuh lebih baik di daerah beriklim kering.

    Ciri-ciri domba ekor gemuk :
  • Bentuk badannya sedikit lebih besar daripada domba lokal lainnya.
  • Berat domba jantan mencapai 40-60 kg, sedangkan domba betina 25-50 kg.
  • Tinggi badan pada jantan dewasa antara 52 – 65 cm, sedangkan pada betina dewasa 47 – 60 cm.
  • Warna bulu wolnya putih dan kasar.
  • Ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak terjadi penimbunan lemak. Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim paceklik.
  • Dada terlihat serasi dan kuat seperti bentuk perahu, ke empat kakinya kalau jalan agak lamban karena menanggung berat badan dan ekornya yang gemuk.
  • Umumnya domba jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil, sedangkan yang betina tidak bertanduk.
  • Keunggulan Domba Domba ekor gemuk ini adalah tahan terhadap panas dan kering.
6. Domba Hampshire
Domba Hampshire dikembangkan di daerah Hampshire, Inggris, pada abad ke-19 melalui persilangan antara domba Southdown jantan dengan domba betina keturunan Wiltshire Horn dan Berkshire Knot.

    Ciri-ciri Domba Hampshire :
  • Wajah berwarna gelap
  • Bulu panjang dan tebal berwarna coklat.
  • Telinga agak melengkung.
  • Kaki berwarna hitam dan tidak ditutupi wol
7. Domba Polwarth
Domba Polwarth merupakan tipe dual-purpose, dikembangkan di Victoria, Australia sejak tahun 1880. Merupakan persilangan antara Merino (75%) dan Lincoln (25%).

Domba Polwarth memiliki tubuh yang besar, tegap, pemeliharaannya mudah dan memiliki produktivitas wool yang tinggi dengan serat bulu berdiameter antara 22-25 mikron.
8. Domba Portland
Domba Portland berasal dari Inggris dan merupakan salah satu breed Dorset.

Bertubuh kecil dan dipenuhi oleh wool kecuali pada bagian wajah dan kaki bagian bawah yang berwana kecoklatan. Domba yang baru lahir berwarna dan berwarna agak keputih-putihan atau abu-abu selama beberapa awal bulan kehidupan. Tanduk muncul setelah dewasa dan berbentuk spiral.
9. Domba Rambouillet
Domba Rambouillet berasal dari Prancis disebut juga Merino Prancis. Domba Rambouillet merupakan tipe dwiguna.

    Ciri-ciri Domba Rambouillet :
  • Badan besar, dalam, lebar dan padat dengan tulang-tulang yang kuat.
  • Kepala tegak.
  • Domba jantan bertanduk besar sedangkan betina tidak bertanduk.
10. Domba Norwegia (Villsau)
Domba Norwegia merupakan domba primitif yang hidup di daerah Norwegia dan Skandinavia.

Memiliki muka yang kecil dengan kaki yang bagus dan bulu yang berwarna hampir putih sampai keabu-abuan, cokelat gelap dan hitam. Berat jantan dewasa sekitar 43 kg dan betinanya 32 kg.
11. Domba Southdown
Domba Southdown berasal dari Inggris dan merupakan tipepedaging.

    Ciri-ciri Domba Southdown :
  • Tubuh kecil, lebar dan dalam, bentuk bulat, daging padat dan kaki pendek.
  • Garis punggung lurus, leher pendek dan tebal.
  • Telinga pendek dengan ujung bulat dan tidak bertanduk.

Menggembala Domba

Bismillahirrahmanirrahim
. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad saw pernah bersabda,  “Tidak ada seorang Nabi yang Allah utus kecuali ia pernah menggembala domba. Para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah? Ia menjawab, “Ya, saya pernah mengembala domba miliki orang Makkah dan mendapatkan upah.”
Menggembala domba pada waktu itu selain menjadi salah satu pekerjaan yang menghasilkan uang, ia juga sekaligus menjadi sarana pembinaan rasa untuk tumbuh rasa belas kasihan, kelembutan, cinta, kasih sayang, mengenali, dan memperhatikan baik kepada hewan ternak maupun kepada sesama penggembala.
Menggembala domba memberi ruang bagi Rasulullah saw untuk ke luar jauh dari lingkaran sosial keluarganya, dapat berjumpa dengan sesama penggembala, berbaur di tengah-tengah masyarakat yang kaya pengalaman, berkomunikasi, beradaptasi dan memahami lingkungan di sekitarnya. Masa kecil itu telah memberi kesempatan bagi Rasulullah saw untuk keluar dari teritorial kampungnya mampu melihat hamparan yang luas, menatap ufuk langit, menemukan udara yang bersih, mengenali betapa indah ciptaan Allah di muka bumi ini.
Inilah pelajaran kepemimpinan efektif yang Rasulullah saw lalui dan sempat ia ungkapkan  dengan meminjam kata “raa’in” yang berarti penggembala, sebagaiman yang tertulis dalam buku-buku hadits. Kepemimpinan berbasis pengalaman penggembala itu dapat difahamai dalam beberapa point penting berikut ini.
Pertama, penggembala yang baik akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencarikan makanan dan minuman terbaik bagi domba gembalaannya. Inilah kewajiban mendasar para penggembala, yaitu menghadirkan kesejahteraan bagi ternaknya. Demikianlah Allah SWT mempersiapkan Rasulullah saw untuk menjadi pemimpin besar umat ini, dengan memberinya kesempatan menggembala kambing di usia dini.
Perhatian serius terhadap kesejahteraan umat terlihat dalam syariat Islam seperti adanya kewajiban zakat, sedekah, infaq, dsb.
Kedua, penggembala yang baik akan melindungi ternakannya dari ancaman bahaya, baik oleh hewan buas seperti serigala, macan, dll, atau bahaya situasi seperti hujan, angin dan udara  yang panas menyengat. Penggembala yang baik itu tidak akan membiarkan hewan gembalaannya berada dalam ancaman bahaya, apalagi diserang oleh hewan pemangsa.
Begitulah Rasulullah saw melindungi umat ini agar tidak menjadi obyek kezhaliman bangsa lain, sehingga ia memerintahkan minoritas Muslim Makkah itu hijrah ke Habasyah, disyariatkannya jihad fi sabilillah adalah salah satu bentuk proteksi umat ini dari ancaman bahaya eksternal.
Ketiga, penggembala yang baik tidak membiarkan hewan gembalaannya melakukan kesalahan atau perbuatan yang membahayakan diri maupun orang lain di sekitarnya. Penggembala itu akan segera menghalau hewan ternaknya yang bergerak mendekati pematang sawah, atau pagar kebun orang lain.  Usaha preventif lebih di dahulukan daripada tindakan kuratif pemberian hukuman.
Begitulah Rasulullah saw menghalau siapapun umat ini dari kesalahan atau bahaya yang akan terjadi sekarang atau nanti. Seruan pertama yang Rasulullah saw sampaikan kepada sanak keluarganya ketika memulai dakwah jahriyah kepada keluarga terdekatnya adalah ungkapan: “...selamatkan diri kalian dari api neraka”
Keempat, penggembala yang baik itu akan melatih hewan ternaknya untuk mengoptimalkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Penggembala domba berusaha agar dombanya bisa menghasilkan susu atau keturunan yang berkualitas. Penggembala sapi melatih sapinya untuk membajak sawah, dan pekerjaan lain yang bisa dilakukannya.
Rasulullah saw memberdayakan sekecil apapun potensi para sahabat untuk dapat berkontribusi. Melatih para sahabat untuk mengemban tugas-tugas dakwah. Mengutus para sahabat untuk melakuan ekspedisi jihad ke berbagai sudut wilayah yang terjangkau ketika itu.
Inilah pengalaman penggembala domba di masa kecil yang melandasi kepribadian Rasulullah sebagai pemimpin besar bagi umat manusia ini. “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang Mukmin,” (QS at-Taubah: 128). Wallahu a’lam bishshawab..

Galeri Wilangan Darussalam





Lokasi Penggemukan Tampak Dari Depan

Domba yang baru digemukan 2 Bulan, bobot sampai 25Kg
Bentuk Kandang yang sederhana