Bismillahirrahmanirrahim
. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra Nabi Muhammad
saw pernah bersabda, “Tidak ada seorang Nabi yang Allah utus kecuali
ia pernah menggembala domba. Para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau
wahai Rasulullah? Ia menjawab, “Ya, saya pernah mengembala domba miliki
orang Makkah dan mendapatkan upah.”
Menggembala domba pada waktu itu selain menjadi salah satu pekerjaan
yang menghasilkan uang, ia juga sekaligus menjadi sarana pembinaan rasa
untuk tumbuh rasa belas kasihan, kelembutan, cinta, kasih sayang,
mengenali, dan memperhatikan baik kepada hewan ternak maupun kepada
sesama penggembala.
Menggembala domba memberi ruang bagi Rasulullah saw untuk ke luar
jauh dari lingkaran sosial keluarganya, dapat berjumpa dengan sesama
penggembala, berbaur di tengah-tengah masyarakat yang kaya pengalaman,
berkomunikasi, beradaptasi dan memahami lingkungan di sekitarnya. Masa
kecil itu telah memberi kesempatan bagi Rasulullah saw untuk keluar dari
teritorial kampungnya mampu melihat hamparan yang luas, menatap ufuk
langit, menemukan udara yang bersih, mengenali betapa indah ciptaan
Allah di muka bumi ini.
Inilah pelajaran kepemimpinan efektif yang Rasulullah saw lalui dan sempat ia ungkapkan dengan meminjam kata
“raa’in”
yang berarti penggembala, sebagaiman yang tertulis dalam buku-buku
hadits. Kepemimpinan berbasis pengalaman penggembala itu dapat difahamai
dalam beberapa point penting berikut ini.
Pertama, penggembala yang baik akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mencarikan makanan dan minuman terbaik bagi domba gembalaannya. Inilah
kewajiban mendasar para penggembala, yaitu menghadirkan kesejahteraan
bagi ternaknya. Demikianlah Allah SWT mempersiapkan Rasulullah saw untuk
menjadi pemimpin besar umat ini, dengan memberinya kesempatan
menggembala kambing di usia dini.
Perhatian serius terhadap kesejahteraan umat terlihat dalam syariat Islam seperti adanya kewajiban zakat, sedekah, infaq, dsb.
Kedua, penggembala yang baik akan melindungi ternakannya dari ancaman
bahaya, baik oleh hewan buas seperti serigala, macan, dll, atau bahaya
situasi seperti hujan, angin dan udara yang panas menyengat.
Penggembala yang baik itu tidak akan membiarkan hewan gembalaannya
berada dalam ancaman bahaya, apalagi diserang oleh hewan pemangsa.
Begitulah Rasulullah saw melindungi umat ini agar tidak menjadi obyek
kezhaliman bangsa lain, sehingga ia memerintahkan minoritas Muslim
Makkah itu hijrah ke Habasyah, disyariatkannya jihad fi sabilillah
adalah salah satu bentuk proteksi umat ini dari ancaman bahaya
eksternal.
Ketiga, penggembala yang baik tidak membiarkan hewan gembalaannya
melakukan kesalahan atau perbuatan yang membahayakan diri maupun orang
lain di sekitarnya. Penggembala itu akan segera menghalau hewan
ternaknya yang bergerak mendekati pematang sawah, atau pagar kebun orang
lain. Usaha preventif lebih di dahulukan daripada tindakan kuratif
pemberian hukuman.
Begitulah Rasulullah saw menghalau siapapun umat ini dari kesalahan
atau bahaya yang akan terjadi sekarang atau nanti. Seruan pertama yang
Rasulullah saw sampaikan kepada sanak keluarganya ketika memulai dakwah
jahriyah kepada keluarga terdekatnya adalah ungkapan: “...selamatkan
diri kalian dari api neraka”
Keempat, penggembala yang baik itu akan melatih hewan ternaknya untuk
mengoptimalkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Penggembala
domba berusaha agar dombanya bisa menghasilkan susu atau keturunan yang
berkualitas. Penggembala sapi melatih sapinya untuk membajak sawah, dan
pekerjaan lain yang bisa dilakukannya.
Rasulullah saw memberdayakan sekecil apapun potensi para sahabat
untuk dapat berkontribusi. Melatih para sahabat untuk mengemban
tugas-tugas dakwah. Mengutus para sahabat untuk melakuan ekspedisi jihad
ke berbagai sudut wilayah yang terjangkau ketika itu.
Inilah pengalaman penggembala domba di masa kecil yang melandasi
kepribadian Rasulullah sebagai pemimpin besar bagi umat manusia ini.
“Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang Mukmin,” (QS at-Taubah: 128).
Wallahu a’lam bishshawab..